Senin, 11 Juli 2011

Membayar dengan Umur

Hidup bahagia adalah dambaan setiap umat manusia. Tidak seorangpun yang menampik hadirnya kebahagian.Sekalipun mereka yang tinggal di pucuk gunung, sunyi dari keramaian, tetap saja menginginkan hadirnya benda keramat yang disebut bahagia. Jika kita meneliti kisah-kisah perjalanan anak manusia. Mulai dari kisah carangan di media elektronik sampai pada kisah nyata, kenyataan penuh dengan pesan-pesan untuk mencapai kebahagiaan.

Kalau kita mau mengupas lebih jauh.Ternyata kebahagian bisa bernilai sangat mahal bahkan tak terjangkau. Jika ukuran yang dipakai adalah harta.
Disisi lain kebahagiaan bisa sagat murah jika ukuran yang dipakai adalah piranti rasa yang bersemayam didalam sini. Begitu hebat daya pikat benda keramat yang bernama kebahagiaan, sehingga orang mengejar untuk memiliki dengan cara apapun.

Sebut saja sesaat kita bahagia, manakala berhasil mendapat istri yang cantik. Dalam sekejap kebahagian pupus, manakala kita melihat ada orang lain yang setara atau lebih cantik mengganggu pikiran. Selama pikiran itu menggangu maka selama itu pula kebahagiaan yang telah dimiliki hilang, berubah menjadi kabut kabut keinginan, kabut tipu daya, kabut kebohongan, kabut kekerasan dan banyak lagi kabut kabut lainya. Kita tenggelam dalam kabut kabut itu. Hidup terombang ambing oleh perasaan yang tidak tentu dan akhirnya kita menua ditengah kabut kabut. Tanpa disadari kita membayar kabut kabut itu dengan umur kita. Secara sederhana, kebahagiaan bisa di difinisikan sebagai memenuhi / terpenuhi suatu keinginan dengan tepat waktu.Jelas dan gamblang bahwa kata kuncinya adalah waktu. Siapapun dia yang tidak pandai mengatur waktu, maka ianya pasti dijauhi oleh kebahagiaan serta menjadi orang yang merugi. Ianya harus membayar kerugian itu dengan umurnya. Karena waktu dan umur berjalan maju, tak pernah menoleh kebelakang.

Dari sekian banyak orang yang anda lihat hidup bahagia, bisa dipastikan mereka terdiri dari orang orang yang mampu mengatur waktu, mereka adalah orang orang yang tidak perlu membayar kabut kabut pikiran dengan umurnya. Mereka bukanlah orang orang yang menua ditengah gelapnya kabut-kabut pikiran. Dan kebahagian mereka beli dengan harga yang murah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar